MyCSSMenu Save Document [+] Open Visual Interface

Selasa, 30 Desember 2008

Share on :

share

Mari Bantu Palestina !
30-12-2008 / 09:31:41

Andai bangsa Arab bersatu..andai ada negara yang "benar-benar" berani menghadapi Zionis Israel


Sabtu (27/12/2008).Jalur Gaza kembali membara saat sejumlah pesawat tempur Israel membombardir tak kurang dari 230 titik sasaran penting termasuk fasilitas militer dan sipil, lebih dari 350 jiwa gugur sebagai syuhada dan ribuan lainnya luka-luka.

Ulah Israel lantas mendapat kecaman dari seluruh dunia, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Uni Eropa, dunia Arab, Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad, dan Presiden Libya. Dari Indonesia, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Mantan Presiden RI, Abdurrahman Wahid, Presiden PKS, Tifatul Sembiring, Ketua Umum DPP PAN Soetrisno Bachir, MER-C, KNRP dan berbagai organisasi masyarakat (ormas).

Mereka geram, mengutuk, menyerukan penghentian serangan Israel segera, melakukan sidang darurat untuk mengakhiri konflik, dan membawa Israel ke Mahkamah Internasional. Bahkan sejumlah bantuan medis, pangan dan relawan telah siap diberangkatkan menuju bumi Palestina, baik seizin pemerintah atau pun tidak.

Sejenak lupakan bangsa
Jika gempa dan tsunami Aceh (26/12/2004) berhasil menggerakkan solidaritas seluruh dunia atas nama kemanusiaan, bahkan negara termiskin di Afrika pun turut berpartisipasi dengan dana dan tenaganya.

Apa yang melanda penduduk Palestina saat ini tak jauh berbeda sebagai sebuah peristiwa besar yang harus segera direspon, solidaritas dalam menggalang bantuan dan menyelamatkan jiwa manusia tak semata-mata atas dasar kepentingan politik atau golongan tertentu, melainkan murni panggilan nurani.

Solidaritas kemanusiaan yang responsif, menunjukan kebesaran sebuah bangsa. Apalagi jika yang merespon bukan lagi sebatas golongan atau ormas tertentu melainkan seluruh masyarakat.

Sikap cuek atau ogah dan tidak peduli terhadap kondisi bangsa lain mencerminkan mental yang lemah sebagai bangsa sebagaimana ungkapan Sukardi Rinakit, Direktur Eksekutif Soegeng Sarjadi Syndicate, “Sejatinya, kita itu menderita inferiority complex. Ini terjadi hampir di semua lini. Sebagai muslim, misalnya, kita adalah penduduk terbesar di Republik. Tapi kita selalu merasa tidak berdaya, dibayangi ketakutan, merasa terancam akan dikalahkan oleh kekuatan lain, dan lain sebagainya.

Penulis merasa terenyuh ketika beberapa sahabat tergerak hatinya untuk berdonasi membantu saudara-saudara di Palestina, namun sejauh ini belum menemukan lembaga yang tepat sehingga amanahnya sampai kepada pihak yang paling membutuhkan.

Peran pimpinan
Aksi spontan solidaritas Palestina di beberapa wilayah di tanah air disertai dengan penggalangan dana yang jumlahnya luar biasa menjadi sangat berharga. Betapa, rakyat Indonesia memiliki jiwa empati. Namun, sejauh mana respon dari berbagai pihak?

Di satu sisi ketika masyarakat sudah bersemangat dan telah berusaha sekuat tenaga menyuarakan aspirasi bahkan merelakan sebagian hartanya untuk diserahkan pada penduduk Palestina, lagi-lagi terkendala oleh persoalan teknis dan administratif. Pemerintah melalui Departemen Luar Negeri, Duta Besar atau Konsulat di negara-negara paling dekat dengan akses masuk Palestina seperti Mesir dengan pintu perbatasannya di Rafah, nyaris tak punya taring. Mereka cenderung takut dan khawatir berlebihan. Padahal lobi dan negosiasi sangat diperlukan untuk melunakkan sikap pemerintah Mesir yang bersikeras menutup akses.

Mestinya, saat pemerintah mengadakan himbauan agar seluruh warga negara membantu Palestina, perangkat RI di Mesir serta merta berusaha keras mempersiapkan perangkat pendukungnya, termasuk memberikan kemudahan administratif keimigrasian maupun prosedur transfering.

Berdasarkan pengalaman sejumlah lembaga kemanusiaan berbasis tanah air saat melakukan aksi di Palestina sebelumnya, betapa pihak kedutaan maupun konsulat tak memberikan layanan sesuai standar, cenderung mengabaikan, dan menghindar. Padahal mereka adalah duta dan pahlawan yang membawa panji negara.

Tak sekedar himbauan
Tak kurang satu juta setengah rakyat Palestina sedang kelaparan karena boikot ekonomi dan embargo, tidak ada air bersih, tidak ada listrik dan bahan bakar, lebih dari 10.000 rumah mereka hancur dan kehidupan porak poranda serta musim dingin yang menyayat. Anak-anak mereka hidup dalam ketakutan yang entah kapan berakhir.

“Lakukan aksi terus menerus…”, ujar sahabat dari Palestina. Sejumlah aksi massa di tanah air yang kerap tampil di media dunia membuat semangat penduduk Palestina terus bergelora.

Ternyata di penjuru dunia sana, ada negara Indonesia, dengan ratusan juta umat manusia yang terus mendukung bangsa Palestina melepaskan diri dari belenggu penjajah. Apalagi rangkaian aksi selalu kita iringi dengan doa yang senantiasa membahana dalam sanubari.

Catatan sahabat saya, “Israel adalah bangsa yang sangat kuat, teknologi persenjataan mereka sangat canggih, dan lebih canggih dari kekuatan pasukan elit UN (United Nation) sekalipun”. Namun bukan berarti bangsa Palestina tak sanggup melawannya, meski hanya sebuah batu intifadah. Mereka punya Rabb, yang senantiasa menjaga, memelihara dan memberikan pertolongan .

Hai anak Adam lihatlah darah yang tenggelam di bumi itu,
jika tak kau lihat kehinaan untukmu selamanya
lihatlah pagi tersenyum mataharipun menyapa ramah
dari darah yang mengalir di sumur malam

Seluruh keindahan tampak dari senyuman yang tertinggal
Lihatlah! Jangan berpaling dari pesannya….
Wahai musim semi! Kau lahir dari meminum darah sucinya
Mari lihat bunga rampai inipun indah karenanya

Lautan luas itu tertinggal
Kau tak lihat ombaknya
Yang kau lihat hanya air yang tenang
Mungkin kau tak bisa menjadi sepertinya
Tapi kau bisa menjadi bayangannya

Mari bantu Palestina...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar